Minggu, 19 Desember 2010

Indonesia Sebagai Surga Investasi

Indeks pasar saham adalah pendaftaran saham, dan sebuah statistik menggambarkan harga komposit dari komponennya,digunakan sebagai alat untuk mewakilkan karakteristik dari saham komponennya, semuanya memiliki kesamaan seperti perdagangan di pasar saham yang sama, merupakan bagian dari industri sejenis, atau memiliki kapitalisasi pasar yang mirip. Banyak index dibuat berdasarkan berita atau jasa finansial digunakan untuk mengukur performa portofolio seperti reksadana.

Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi pemerintah. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya dalam setiap pasar bebas, mempengaruhi harga saham.Sebuah bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan saham melalui bursa saham itu sendiri dan saham juga tidak mesti diperdagangkan di bursa tersebut: hal semacam ini dinamakan "off exchange".

Penawaran pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua (sekunder).


Indonesia dan AFTA
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN.

Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, yaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.
Dalam perdagangan bebas Negara Kenya termasuk negara yang miskin tetapi dalam pasar modalnya bisa berkembang dan menjadi lebih baik.Negara semiskin apapun jika bisa mengelolanya dengan baik maka pasar modalnya pun akan berkembang.

Sejak ditandatanganinya kesepakatan AFTA (ASEAN-Free Trade Area) oleh Negara-negara anggota ASEAN pada tanggal 4 Nopember 2004, sudah tidak asing lagi bagi kita untuk diperbincangkan. Satu hal yang mungkin perlu kita ketahui adalah bahwa sekalipun sudah bertahun-tahun program ini berlaku dan dijalankan, namun tidak banyak diantara kita yang tahu apa sebenarnya AFTA itu, untuk apa diberlakukan, apa untungnya bagi negara kita dan lain sebagainya.

Tujuan ACFTA dalam perjanjian FTA yang lainnya adalah Comprehensive Agreement on ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), juga berbuah hasil yang sama. Awalnya, perjanjian perdagangan ini memberi harapan besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Hal itu terlihat dalam misi ACFTA yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan produk pertanian melalui penurunan tarif bea masuk, meningkatkan kerja sama investasi serta capacity building. Belum lagi jika melihat kenyataan bahwa China berpenduduk terbesar dan merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Menjelang akhir tahun 2004 telah disepakati oleh negara-negara di Asia termasuk Indonesia untuk mempercepat 2 tahun perdagangan bebas di wilayah Asia. Konsenkuensi logis dari komitmen termasuk adalah bahwa semua negara yang ikut serta dalam kesepakatan tersebut harus mengikuti aturan-aturan main yang disepakati dalam perdagangan bebas tersebut.  Tentang komoditi yang kemungkinan berpeluang untuk dapat secara aktif diperdagangkan pada pasar regional/global yang kompetitif tersebut, tampaknya tidak ada pilihan, kecuali yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantages). Komoditi tersebut terutama berasal dari sektor pertanian khususnya subsector perkebunan dan sektor kelautan khususnya subsektor perikanan serta sektor industry khususnya subsector industri pengolahan dan industri kecil. Kemudian kualifikasi usaha yang mempunyai peluang untuk dapat mengembangkan usahanya sekaligus menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia adalah  kegiatan usaha yang mempunyai pengalaman/catatan (track record) yang baik terutama selama sepuluh tahun terakhir.

Selanjutnya atas dasar pengalaman terutama di masa krisis tujuh tahun terakhir, pilihan untuk memprioritaskan kegiatan usaha (pengusaha) dengan skala usaha kecil dan menengah (UKM) adalah merupakan pilihan yang cukup bijaksana. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana mencermati kemungkinan yang akan terjadi dalam kegiatan ekonomi dunia, regional dan di Indonesia sendiri dalam kurun lima tahun ke depan. Bagaimana peluangnya bagi UKM, untuk dapat mengembangkan kegiatan usahanya pada pasar yang kompetitif, sehingga disamping dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas usahanya juga dapat menopang secara kuat perekonomian Indonesia.

Mengenai Kondisi Perekonomian dan Pentingnya UKM
Prospek ekonomi dunia diprakirakan membaik pada tahun 2004 dan selanjutnya melambat pada tahun 2005-2006. Di lain pihak prospek ekonomi Indonesia tahun 2004-2006 diprakirakan terus membaik, ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara bertahap hingga sekitar 6 % pada tahun 2006. Kemudian dilihat dari kontribusi sektoral, maka sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian diprakirakan menjadi sektor utama pertumbuhan PDB tahun 2004-2006 (Miranda S.Goeltom, 2004). Walaupun terdapat kecenderungan perbaikan perekonomian Indonesia di masa mendatang sebagai dampak dari kondisi ekonomi global, regional dan adanya perbaikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan ekonomi domestik, tampaknya perlu diwaspadai kemungkinan adanya beberapa isu kritis yang sering menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara, diantaranya adalah:
·         Tingginya pengangguran
·         Rendahnya investasi
·         Biaya Ekonomi Tinggi

Kerjasama Ekonomi China dan Jepang dengan ASEAN
Negara anggota perhimpunan bangsa Asia Tengara (ASEAN) sejak awal dasa warsa 2000 makin mencermati dan mengapresiasi kemantapan hubungan bilateral Jepang dan China.Kalangan pembuat kebijakan, pengamat dan pelaku bisnis di Association South East Asia  Nation (ASEAN) mengharapkan peningkatan hubungan secara bilateral China-Jepang, dan mendorong hubungan keduanya di Asia Tenggara.  Proses dalam ASEAN sendiri masih berlangsung untuk integrasi total. Di kalangan bisnis ASEAN tantangannya makin mendesak untuk membangun komunitas ekonomi ASEAN pada 2015.

Bagi negeri ini, emasuki era implementasi IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement), mulai Juli 2008 perlu juga elit dan eksponen bisnisnya secara berkesinambungan mencermati gerak langkah diplomasi dan strategi ekonomi Jepang ke ASEAN. Demikian juga mencermati diplomasi ekonomi China ke ASEAN dalam rangka realisasi CAFTA (China Asean Free Trade Agreement) mulai 2010.  Keberadaan kegiatan ekonomi Jepang di ASEAN terlihat kian aktif sejak tahun 1970an di sektor perdagangan, investasi  dan  ODA (Official Development Assistance). Bahkan, Jepang sampai dewasa ini masih sebagai penanam modal asing (Foreign Direct Investment/FDI) terbesar di Indonesia.  

Hubungan Jepang dengan ASEAN memang mengalami pasang surut. Salah satusurutnya terjadi ketika demonstrasi anti-Jepang di Thailand dan Jakarta pada 1974.  Jepang kemudian menempuh kebijakan yang lebih menghargai kesetaraan, dan akhir tahun 1977 dengan semboyan”hubungan yang dilandasi sentuhan sanubari. Hal itu disampaikannya di Manila 1977, manakala mengakhiri perjalanan ke anggota ASEAN. Melalui diplomasinya, Takeo Fukuda berhasil secara bertahap mencairkan ketegangan dan meningkatkan kembali peranan Jepang dalam perdagangan, investasi dan bantuan resmi (ODA).  

Kerjasama Jepang antara 1970an sampai tahun 1990n dengan ASEAN masih bersifat satu per satu dan belum memasuki tahap Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA). Setelah dicetuskannya kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) pada 1992, Jepang mengikuti perkembangan implementasinya efektif di awal 2003.  Sejarahnya kerjasama Jepang dengan ASEAN yang sudah sejak empat dasa warsa lalu, dan rintisan menuju ke kawasan perdagangan bebas Jepang-ASEAN (Japan-Asean Free Trade Area) dengan masing-asing anggota ASEAN melalui persetujuan kerjasama ekonomi (Economic Partnership Agreement/EPA).

Bagi Jepang, FTA pertama dengan ASEAN melalui Singapura pada 2002 dalam kerangka persetujuan kerjasawama ekonomi Jepang-Singapura (Japan-Singapore Economic Partnership Agreement/JSEPA), dengan EPA dengan Thailand. Oleh karena itu, EPA dengan ASEAN hingga kini belum menjadi kenyataan sepenuhnya. Dalam EPA dengan masin-masing anggota ASEAN cakupannya tidak hanya pemotongan bea masuk, tetapi juga  arus masuk keluar manusia, aturan investasi, kerjasama ekonomi, dan sejumlah sektor strategis lainnya. Bagi Jepang, waktu itu, perjanjian EPA termasuk komprehensip dengan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan dalam sumber daya ekonomi masing masing.   Kini EPA dengan Indonesia (Indonesia-Japan Economic Partnerships Agreemen/IJEPA) sudah memasuki taraf implementasi yang saling menguntungkan mulai awal Juli 2008.  

Sementara itu, upaya China untuk mempererat hubungan dengan negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia  dirintis kembali sejak tahun 1995an. Salah satu upaya China adalah mempererat hubungan bilateral sambil merintis dalam rangka AFTA, dan kawasan perdagangan bebas  China-ASEAN (China Asean Free Trade Area/CAFTA) mulai efektif 2010. China rupanya makin membutuhkan peningkatan hubungan dengan negara anggota ASEAN Pertimbangannya adalah ekonomi (economic considerations) dalam mencapai kesejahteraan  bangsa bersama secara harmonis. Adanya aktivitas kultural pebisnis China dengan mitranya di sejumlah negara ASEAN merupakan "plus point".

Pertimbangan yang secara langsung maupun tidak langsung mencuat adalah jumlah penduduk China 1,3 miliar dan ASEAN  sebanyak 550 juta.  Dengan pertimbangan ini, rupa-rupanya China mau berbagi (sharing)  keberhasilan ekonominya dengan negara negara tetangganya, sekalipun  dalam proses mendakinya kadang kadang menginjak kerikil kerikil penghambat, seperti  pergerakan modal (capital free flow), aturan bea masuk negara negara ASEAN, sarana teknologi informasi, transportasi dan mutu sumber daya manusia dan listrik dalam menyerap alih teknologi. Di China sendiri adanya ketertinggalan kawasan pusat dan barat, yang agak mengganggu dalam prosesnya.

Di balik cara berbagi (sharing) tersebut China mengincar kelimpahan sumber daya alam yang masih belum sepenuhnya digali di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, untuk memodernisasi produksi yang dapat diserap secara kompetitif hasilnya oleh pasaran regional maupun dunia. Secara terselubung China berupaya menjadi mentor bagi ASEAN dalam AFTA, dan selanjutnya dalam pemrakarsa Komunitas Ekonomi Asia Timur yang bukan bersifat integrasi. China juga tahu diri dalam Asia dengan memperhatikan keunggulan kapasitas ekonomi Jepang dan Korea Selatan.  China terus berupaya menerapkan Konsensus Beijing dengan "guanxi" (jaringan kerja) yang dilandasi “shinyung” (saking percaya) yang dikenal dikalangan pelaku bisnis China dengan mitranya di kawasan ASEAN untuk mewujudkan Asia yang damai, bahagia dan sejahtera (peace, happiness and prosperity), dan tidak mau diadu domba oleh bangsa luar benua Asia.  

Dengan kemantapan pola pikir para pembuat kebijakan dengan dukungan pengamat dan pelaku ekonomi bangsa bangsa Asia, maka kini saatnya menerapkan strategi memantapkan keterkaitan dan saling mendukung (mutual attraction and support) dapat menjadi visi bersama mewujudkan abad Asia.  

0 komentar:

Posting Komentar

 
;